　Handamayaṁ …

　　　　Marilah kita bersama mengucapkan paritta-paritta kudus

Halaman

TUN SŪTRAYA
KHUDDAKA PĀṬHA
CATU BHĀṆAVĀRA

Translate

Tidak ada postingan.

Beranda

Langganan: Postingan (Atom)

Cari Blog Ini

Langganan

Postingan

Atom

Postingan

Semua Komentar

Atom

Semua Komentar

Referensi dalam Bahasa Indonesia

⒈　ＰＢ	Pantjaran Bahagia, disusun oleh U.P. Vidyadharma dan U.A.P. Dhammaviriya, tjetakan ke-5 (edisi revisi). Djakarta/Bogor: Dhammadiepa (badan penerbitan Persaudaraan Upâsaka-Upâsikâ Indonesia dewan Djakarta-Bogor), 1967.
⒉　ＤＤＳＡＢ	Paritta (Doa-Doa Suci Agama Buddha), disusun di bawah asuhan M.N.S. Ashin Jinarakkhita oleh U.P. Suktadharmi dan U.P. Dharmanitya, cetakan ke-3 (edisi ke-3?). Jakarta: Yayasan Buddhayana, 1990.
⒊　ＤＲ	Dhamma-Rakkha: Kumpulan Paritta-Paritta Penting untuk Upacara-Upacara, cetakan ke-5. Jakarta: Gabungan Tridharma Indonesia, tanpa tahun (1989?).
⒋　ＰＳ	Paritta Suci, disusun oleh Sangha Theravada Indonesia bekerjasama dengan Mapanbudhi, cetakan ke-7 (edisi ke-2?). Jakarta: Yayasan Dhammadipa Arama, 1994.

Keterangan

#1 merupakan buku paritta paling awal yang beredar dengan terjemahan bahasa Indonesia (dalam ejaan Suwandi). Edisi pertamanya mungkin telah muncul pada akhir 1950-an. Buku ini diterbitkan pula oleh cabang-cabang Perhimpunan Buddhis Indonesia (Perbudi) di berbagai daerah untuk disebarkan secara cuma-cuma.

#2 didasarkan pada #1, tetapi dengan pengaktualan terjemahan (walaupun tidak harfiah) dan ejaan yang diperbaharui. Edisi pertamanya terbit tahun 1986, dan terus direvisi dengan penambahan paritta-paritta. Terdapat pula edisi terbatas — tampaknya berdasarkan ＤＤＳＡＢ edisi pertama — terbitan Penerbit Ayusta, Bogor (cetakan pertama tahun 1993). Edisi terbatas ini, dengan tambahan “Samantamukha Parivarta” yang diterjemahkan dari teks Sanskerta H. Kern, ditujukan sebagai tuntunan untuk pelaksanaan Kebaktian Umum dan Avalokiteśvara Puja.

#3 (yang tidak dilengkapi dengan nomor teks), beserta #1 dan #2, dicetak berdasarkan buku-buku paritta Sri Lanka. Mereka merefleksikan dua tradisi yang berbeda dengan kekhasan masing-masing, misalnya pada Buddhā-, Dhammā-, dan Saṅghānussati. Jinapañjara pada #1 dan #2 begitu istimewa karena, meskipun bacaan yang diberikan jelas dari sebuah versi Sri Lanka, hanya terdiri atas 11 bait (bandingkan dengan versi umum 22 bait pada #3). Versi tersebut belum diketahui sumber asalnya.

Babak baru dimulai dengan terbitnya #4, yang mewakili tradisi paritta Thai. Edisi pertamanya, yang naik cetak tahun 1983, lebih tipis dan memuat lebih sedikit paritta. Bagaimanapun juga, #4 terpaksa harus berkompromi dengan kebiasaan yang telah lebih dahulu diterima di Indonesia. Bagian Ⅱ-nya, “Tuntunan Kebaktian”, secara garis besar masih mengikuti liturgi #1, tetapi disesuaikan di sana-sini, misalnya dengan penambahan ajakan Handamayaṁ ... karangan Raja Mongkut sebelum setiap paritta. Etāvattā, yang tidak lazim dalam tradisi Thai, merupakan contoh doa yang telanjur populer dan tidak dapat dihilangkan. Di sisi lain, #4 akhirnya juga mempengaruhi tradisi yang sudah ada: #2 mulai menambahkan Doa Namaskara (sujud) à la Thai untuk mengawali dan mengakhiri liturgi.

Anno Buddhæ MMDLXII. Gambar tema oleh billnoll. Diberdayakan oleh Blogger.